♠ Posted by Unknown in Women at 01.40

JANGAN jadikan aku istrimu, jika nanti
dengan alasan bosan kamu berpaling pada perempuan lain.
Kamu harus tahu meski bosan mendengar
suara dengkurmu, melihatmu begitu pulas. Wajah laki-laki lain yang terlihat
begitu sempurnapun tak mengalihkan pandanganku dari wajah lelahmu setelah
bekerja seharian.
Jangan jadikan aku istrimu, jika nanti
kamu enggan hanya untuk mengganti popok anakmu ketika dia terbangun tengah
malam. Sedang selama sembilan bulan aku harus selalu membawanya di perutku,
membuat badanku pegal dan tak lagi bisa tidur sesukaku.
Jangan jadikan aku istrimu, jika nanti
kita tidak bisa berbagi baik suka dan sedih dan kamu lebih memilih teman
perempuanmu untuk bercerita. Kamu harus tahu meski begitu banyak teman yang
siap menampung curahan hatiku, padamu aku hanya ingin berbagi. Dan aku bukan
hanya teman yang tidak bisa diajak bercerita sebagai seorang sahabat.
Jangan jadikan aku istrimu, jika nanti
dengan alasan sudah tidak ada kecocokan kamu memutuskan menjatuhkan talak
padaku. Kamu tahu betul, kita memang berbeda dan bukan persamaan yang
menyatukan kita tapi komitmen bersama.
Jangan jadikan aku istrimu, jika nanti
kamu memilih tamparan dan pukulan untuk memperingatkan kesalahanku. Sedang aku
tidak tuli dan masih bisa mendengar kata-katamu yang lembut tapi berwibawa
Jangan pilih aku sebagai istrimu, jika
nanti setelah seharian bekerja kamu tidak segera pulang dan memilih bertemu
teman-temanmu. Sedang seharian aku sudah begitu lelah dengan cucian dan
setrikaan yang menumpuk dan aku tidak sempat bahkan untuk menyisir rambutku.
Anak dan rumah bukan hanya kewajibanku,
karena kamu menikahiku bukan untuk jadi pembantu tapi pendamping hidupmu. Dan
jika boleh memilih, aku akan memilih mencari uang dan kamu di rumah saja
sehingga kamu akan tahu bagaimana rasanya.
Jangan pilih aku sebagai istrimu, jika
nanti kamu lebih sering di kantor dan berkutat dengan pekerjaanmu bahkan di
hari minggu daripada meluangkan waktu bersama keluarga. Aku memilihmu
bukan karena aku tahu aku akan hidup nyaman dengan segala fasilitas yang bisa
kamu persembahkan untukku.
Harta tidak pernah lebih penting dari
kebersamaan kita membangun keluarga karena kita tidak hidup untuk hari ini saja.
Jangan pilih aku jadi istrimu, jika nanti
kamu malu membawaku ke pesta pernikahan teman-temanmu dan memperkenalkanku
sebagai istrimu. Meski aku bangga karena kamu memilihku tapi takkan
kubiarkan kata-katamu menyakitiku.
Bagiku pasangan bukan sebuah trofi apalagi
pajangan, bukan hanya seseorang yang sedap dipandang mata. Tapi menyejukkan
batin ketika dunia tak lagi ramah menyapa. Rupa adalah anugerah yang akan
pudar terkikis waktu, dan pada saat itu kamu akan tahu kalau pikiran dangkal
telah menjerumuskanmu.
Jangan pilih aku jadi istrimu, jika nanti
kamu berpikir akan mencari pengganti ketika tubuhku tak selangsing sekarang.
Kamu tentunya tahu kalau kamu juga ikut andil besar dengan melarnya tubuhku.
Karena aku tidak lagi punya waktu untuk diriku, sedang kamu selalu menyempatkan
diri ketika teman-temanmu mengajakmu berpetualang.
Jangan buru-buru menjadikanku istrimu,
jika saat ini kamu masih belum bisa menerima kekurangan dan kelebihanku. Sedang
seiring waktu, kekurangan bukan semakin tipis tapi tambah nyata di hadapanmu
dan kelebihanku mungkin akan mengikis kepercayaan dirimu.
Kamu harus tahu perut buncitmu tak
sedikitpun mengurangi rasa cintaku, dan prestasimu membuatku bangga bukan
justru terluka.
Jangan buru-buru menjadikanku istrimu,
jika saat ini kamu masih ingin bersenang-senang dengan teman-temanmu dan
beranggapan aku akan melarangmu bertemu mereka setelah kita menikah.
Kamu harus tahu akupun masih ingin
menghabiskan waktu bersama teman-temanku, untuk sekedar ngobrol atau creambath
di salon. Dan tak ingin apa yang disebut “kewajiban” membuatku terisolasi dari
pergaulan, ketika aku semakin disibukkan dengan urusan rumah tangga.
Menikah bukan untuk menghapus identitas
kita sebagai individu, tapi kita tahu kita harus selalu menghormati hak
masing-masing tanpa melupakan kewajiban.
Jangan buru-buru menikahiku, jika saat ini
kamu sungkan pada orang tuaku dan merasa tidak nyaman karena waktu semakin
menunjukkan kekuasaannya. Bagiku hidup lebih dari angka yang kita sebut umur,
aku tidak ingin menikah hanya karena kewajiban atau untuk menyenangkan
keluargaku.
Menikah denganmu adalah salah satu
keputusan terbesar di hidupku yang tidak ingin kusesali hanya karena
terburu-buru.
Jangan buru-buru menikahiku, jika sampai
saat ini kamu masih berpikir mencuci adalah pekerjaan perempuan. Aku tak akan
keberatan membetulkan genting rumah, dan berubah menjadi satpam untuk
melindungi anak-anak dan hartamu ketika kamu keluar kota.
Hapus aku dari daftar calon istrimu, jika
saat ini kamu berpikir mempunyai lebih dari satu istri tidak menyalahi ajaran
agama. Agama memang tidak melarangnya, tapi aku melarangmu menikahiku jika
ternyata kamu hanya mengikuti egomu sebagai laki-laki yang tak bisa hidup
dengan satu perempuan saja.
Hapus aku dari daftar calon istrimu, jika
saat ini masih ada perempuan yang menarik hatimu dan rasa penasaran membuatmu
enggan mengenalkanku pada teman-temanmu. Kamu harus tahu meski cintamu sudah
kuperjuangkan, aku tidak akan ragu untuk meninggalkanmu.
Hapus aku dari daftar calon istrimu, jika
saat ini kamu berpikir menikahiku akan menyempurnakan separuh akidahmu sedang
kamu enggan menimba ilmu untuk itu. Ilmuku tak banyak untuk itu dan aku ingin
kamu jadi imamku, seorang pemimpin yang tahu kemana membawa pengikutnya.
Jangan jadikan aku sebagai istrimu, jika
kamu berpikir bisa menduakan cinta. Kamu mungkin tak tahu seberapa besar aku mengagungkan
sebuah cinta, tapi aku juga tidak akan menyakiti diriku sendiri jika cinta yang
kupilih ternyata mengkhianatiku.
Jangan jadikan aku sebagai istrimu, jika
kamu berpikir aku mencari kesempurnaan. Aku bukan gadis naif yang menunggu sang
pangeran datang dan membawaku ke istana.
Mimpi seperti itu terlalu menyesatkan,
karena sempurna tidak akan pernah ada dalam kamus manusia dan aku bukan lagi
seorang gadis yang mudah terpesona.
Jangan pernah berpikir menjadikanku
sebagai istrimu, jika kamu belum tahu satu saja alasan kenapa aku harus
menerimamu sebagai suamiku.
0 komentar:
Posting Komentar