♠ Posted by Unknown in Karya

Samar yang setipis kertas,
di antaranya ada sebuah batas. Tidak ada peraturan yang begitu kuat untuk
memisahkan antara cinta dan sebuah penyangkalan. Ketakutan punya sejuta
kekuatan yang melebih-lebihi segala rasa saat ia mulai beraksi. Nyawa hati
belum kembali pulih seusai ia habis-habisan disakiti oleh yang begitu ia
cintai. Jika kini ia ditawari rasa yang serupa dengan apa yang dulu ada, hati
hanya terlalu takut ia terburu-buru. Terlalu takut lagi-lagi ia tak
berhati-hati. Caplah aku pengecut atau penakut, tapi ini upaya melindungi hati
yang terlalu sering mencintai tanpa setengah-setengah. Hingga akhirnya, ia
benar-benar patah.
Dulu, cinta dan bahagia
begitu sederhana untuk dimiliki. Namun sejak berkali airmata menjadi pertanda
tibanya si peretak hati, percayaku mulai berkurang. Kukira sosok itu
ditakdirkan untuk menemukanku, tapi nyatanya meremukkan. Bukannya aku
mengasingkan diri tak mau lagi dicintai, pintu itu masih akan terbuka, tapi aku
perlu menyeleksi pemilik kuncinya. Cinta masih mengental, tapi luka pun terasa
mengekal. Aku hanya tak ingin salah langkah. Karena pernah, cinta membuatku
begitu patah. Untuk sembuh, perlu waktu yang sangat lama. Aku butuh merangkak
seorang diri, meminum pil kenyataan yang begitu pahit dan menyadarkan bahwa
satu-satunya hal yang bisa kulakukan adalah menerima.
Memang, tadinya aku tak
ingin terburu-buru mendefinisikanmu sebagai calon penghuni hati. Karena ada
ruangan yang pernah diobrak-abrik oleh beberapa objek masa laluku, kini perlu
dirapihkan terlebih dahulu. Terlalu jahat jika ruangan tempatmu menghuni nanti
masih dipenuhi sisa-sisa luka. Penyambutan yang baik adalah sebenar-benarnya
mencintai dengan tanpa membawa masa lalu ikut serta. Memang, ingatan tentang
beberapa peristiwa patahnya hati takkan pernah bisa terusir pergi. Tapi
setidaknya aku perlu memastikan bahwa sekalipun bahagia mulai mengudara, ini
bukanlah penyangkalan atau pesta sandiwara. Ini bukan perasaan sisa-sisa masa
lalu. Harus ada hati yang benar-benar bahagia, atas maaf yang sepenuhnya
terlaksana.
Jika belum diberikan
berarti kita masih dipersiapkan dan jika kita dipersiapkan, pasti akan
dipercayakan. Jadi bukan berarti saat menunggu yang terbaik, lalu kita berhenti
berusaha menjadi yang terbaik. Kita tidak akan pernah sampai ke rumah yang
tepat, kalau kita hanya diam di tempat. Percayalah kepada Sang Pemegang Hari
Esok, karena Dia takkan membuat kita jatuh terperosok. Jangan takut, jangan
khawatir, jangan cemas akan segala hal yang masih tak terprediksi, karena Tuhan
sudah pegang kendali. Porsi untukmu, tidak akan pernah berlebihan dan
berkekurangan. Rencana Tuhan tidak akan pernah terlambat atau terlalu awal.
Sebarkanlah percaya dalam ruang hatimu, berhentilah menerka-nerka segalanya
dengan pikiranmu sendiri.
Cinta masih sama. Beberapa
harus menunggu sedikit lebih lama. Beberapa masih harus setia mencintai tanpa
menimbang sebanyak apa yang akan diterima. Karena cinta adalah memberi, bukan
sepenuhnya memiliki. Cinta masih sama. Takkan terasa tiba jika kita masih
menyangkalnya. Terimalah, percayalah, bahwa segalanya akan baik-baik saja. Jika
ujungnya bukan dengan dia, berarti masih ada sosok yang terbaik yang sedang
dipersiapkan. Cinta masih sama. Kitalah yang harus pintar-pintar berhati-hati
menjaga hati dan menikmati bahagia yang mengedar bebas di setiap arena. Cinta
masih sama. Masih berteman baik dengan percaya. Karena mungkin, disaat kamu
tidak lagi mencari, tidak lagi mengharapkan terlalu banyak, disaat kamu
seutuhnya utuh, Tuhan akan mengirimkan penghuni istimewa itu. Bersiaplah. Kamu
tidak akan bisa menelusuri jalan pikiran Tuhan kan?
Selamat menunggu saat itu
tiba dan berbahagialah
Terinspirasi dari karya http://lovepathie.tumblr.com/